1 Oktober 2017, menjadi salah satu hari yang begitu bersejarah buat saya, yaa perjalanan itu dimulai dari hari ini, perjalanan ke tempat pengabdian yang sudah saya tekadkan sebelumnya. Tak pernah terbayangkan sebelumnya Desa Mengerat menjadi tempat yang ditakdirkan Allah untuk saya mengbdikan ilmu. Desa Mengerat adalah sebuah desa yang bahkan sebelumnya tak pernah saya ketahui keberadaannya, terletak di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Perjalanan untuk mencapai desa itu sungguh luar biasa buat saya, terlahir di kota besar yang sangat akrab dengan jalan trans membuat saya berpikir begitu dramatis menempuh perjalanan untuk mencapai desa tersebut. Yaa dramatis yang saya rasakan dikarenakan kondisi saya saat itu sedang hamil 4 bulan, jalan rusak yang disebabkan guyuran hujan yang tak henti-hentinya malam itu membuat pikiran saya sempat kacau, bagaimanakah keadaan janin yang berada dalam kandungan. Kepasrahan tertinggi kepada Sang Maha Penciptalah yang mampu menenangkan, karena saya yakin Dia lebih mengetahui apa yang terbaik.
Perjalanan untuk mencapai desa itu sungguh luar biasa buat saya, terlahir di kota besar yang sangat akrab dengan jalan trans membuat saya berpikir begitu dramatis menempuh perjalanan untuk mencapai desa tersebut. Yaa dramatis yang saya rasakan dikarenakan kondisi saya saat itu sedang hamil 4 bulan, jalan rusak yang disebabkan guyuran hujan yang tak henti-hentinya malam itu membuat pikiran saya sempat kacau, bagaimanakah keadaan janin yang berada dalam kandungan. Kepasrahan tertinggi kepada Sang Maha Penciptalah yang mampu menenangkan, karena saya yakin Dia lebih mengetahui apa yang terbaik.
Perjalanan Sintang-Merakai yang rusak dikarenakan guyuran hujan membuat perjalanan kami berlangsung lebih lama dari biasanya, kami sampai di Nanga Merakai pukul 21.00 wib dan harus menyewa penginapan. Perjalanan untuk sampai ke desa penempatan dilanjutkan esok harinya dengan menggunakan speed (kendaraan yang biasa digunakan warga setempat untuk menyeberangi sungai). Setelah kurang lebih 20 menit menyebrangi sungai dengan speed dan perjalanan dilanjutkan kembali dengan menggunakan strada kurang lebih 10 km (jalan luar biasa) jauhnya, akhirnya kami sampai di desa itu, desa tempat pengabdian yang kutekadkan, Desa Mengerat.
Tempat yang cukup strategis karena terletak di persimpangan jalan besar menuju desa-desa tempat tugas teman-teman lainnya, keberadaan sinyal telpon yang cukup untuk sekedar bertukar kabar dengan keluarga yang jauh di kampung halaman dan warga desa yang dengan hangat menyambut kedatangan kami membuat saya bersyukur telah di tempatkan oleh Allah di desa ini. Belum lagi pertemuan dengan mereka, anak didik tempat saya mengabdikan diri di SD Negeri 39 Mengerat. Walaupun dengan keterbatasan sarana prasarana di sekolah, mereka tetap dengan semangat membara datang untuk menuntut ilmu setiap harinya ke sekolah. Sekolah kami hanya terdiri dari 3 lokal yang setiap lokalnya dibatasi dengan pembatas sehingga dapat digunakan untuk 2 kelas, suasana tidak kondusif selama jam pembelajaran tentu saja menjadi kendala dalam proses belajar mengajar, tapi itu tak menjadi masalah besar untuk mereka, mereka tetap bersemangat dalam belajar, hal ini lah yang menyulut semangat saya untuk terus berusaha menggali kemampuan diri dalam menjalankan tugas pengabdian tanpa mengeluh sedikitpun.
Senyum mereka dan sapaan mereka setiap hari seakan membuat saya ingin terus mengucap syukur. Betapa luar biasanya skenario yang dirancangkan Allah kepada saya. Semoga ilmu yang Allah berikan kepada saya dapat saya salurkan dengan baik kepada mereka, penerus masa depan.











Bagus bu tingkakan lagi, sukses selalu.
BalasHapusterimakasih pak
BalasHapusini juga berkat ilmu dari para mentor